PENDUDUK KARIMUNJAWA
Suatu Keunikan
tersendiri bagi Karimunjawa adalah keanekaragaman suku bangsa yang mendiami wilayah
ini. Meskipun memiliki wilayah yang sempit dan jumlah penduduk yang tergolong
sedikit , Karimunjawa memiliki keanekaragaman suku bangsa, seperti Suku
Jawa (suku Tebanyak), Suku Bugis, Suku Madura, Suku Mandar, Suku Bajo, Suku
Buton , suku Makasar, dan juga suku-suku lainnya. Dengan adanya keanekaragaman
ini maka Karimunjawa bisa dikatakan Kepulauan yang Multiras dari berbagai suku
bangsa di Indonesia. Semula di antara suku bangsa tersebut terpisah-pisah
membentuk perkampungan sendiri-sendiri, namun dengan perkembangan zaman, adanya
pernikahan beda suku dan bertambahnya penduduk menjadikan adanya pembauran
.
Penduduk Karimunjawa yang sekarang merupakan generasi baru Karimunjawa, yang diperkirakan datang pada awal tahun 1900-an. Jadi bukan merupakan generasi terdahulu yakni zaman Sunan Nyamplungan (1550). Kenyataan inipun merupakan keunikan lain dari Kepulauan Karimunjawa. Penghuni Karimunjawa bukanlah penghuni yang kontinyu, secara terus menerus dari generasi ke generasi berdiam disini. Namun terputus-putus seperti ada sekat di setiap generasi. Satu generasi datang , tidak betah dengan alam Karimunjawa yang tandus lalu pergi. Kemudian datang lagi generasi baru, begitu terus menerus. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kuburan-kuburan di Tengah Hutan. Hampir di setiap Pinggir pantai, tedapat kuburan tua, baik kuburan islam (Jawa, Bugis, Madura, Mandar, Buton, dsb), kuburan Cina Bahkan kuburan Belanda (Kerkoff). Dan para penghuni pertama Karimunjawa baik dari suku Jawa, Bugis, atau yang lainnya sekarang masih ada yang hidup. Dan merekalah yang membuka hutan pertama bagi generasi penduduk Karimunjawa yang sekarang.
.
Penduduk Karimunjawa yang sekarang merupakan generasi baru Karimunjawa, yang diperkirakan datang pada awal tahun 1900-an. Jadi bukan merupakan generasi terdahulu yakni zaman Sunan Nyamplungan (1550). Kenyataan inipun merupakan keunikan lain dari Kepulauan Karimunjawa. Penghuni Karimunjawa bukanlah penghuni yang kontinyu, secara terus menerus dari generasi ke generasi berdiam disini. Namun terputus-putus seperti ada sekat di setiap generasi. Satu generasi datang , tidak betah dengan alam Karimunjawa yang tandus lalu pergi. Kemudian datang lagi generasi baru, begitu terus menerus. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kuburan-kuburan di Tengah Hutan. Hampir di setiap Pinggir pantai, tedapat kuburan tua, baik kuburan islam (Jawa, Bugis, Madura, Mandar, Buton, dsb), kuburan Cina Bahkan kuburan Belanda (Kerkoff). Dan para penghuni pertama Karimunjawa baik dari suku Jawa, Bugis, atau yang lainnya sekarang masih ada yang hidup. Dan merekalah yang membuka hutan pertama bagi generasi penduduk Karimunjawa yang sekarang.
(Sumber: BTNKJ)











